Beberapa definisi arsitektur berasal
dari sumber acuan, yaitu:
1. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture ), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.
2. Berdasarkan anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia, arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.
3. Berdasarkan wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur juga meliputi desain dari keseluruhan lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi, misal: furnitur.
1. Berdasarkan kamus, kata arsitektur (architecture ), berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi = kepala, dan techton = adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan.
2. Berdasarkan anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia, arsitektur didefinisikan sebagai wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia.
3. Berdasarkan wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur juga meliputi desain dari keseluruhan lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi, misal: furnitur.
Di dalam merancang suatu bangunan
arsitek tidak hanya mementingkan dari segi visual, tetapi harus mementingkan
struktur juga fungsi bangunan tersebut. Dengan cara mengetahui untuk apa dan siapa,
bangunan itu di buat, arsitek harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi.
Dalam level makro arsitek di tuntut
mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan tata kota
(town planning, hingga perencanaan transportasi, urban/rural planning ),
landscape planning, urban design.
Sedangkan dalam skala mikro dimulai
dari perencanaan interior ruangan hingga bangunan termasuk eksterior maupun
taman.
Di dalam merancang suatu bangunan,
seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada imajinasinya sendiri. Hasil kreasi
seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai dimensi,
terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang, seorang arsitek
diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia, memperkirakan
bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu memutuskan
bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia
pemakainya.
Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara
arsitektur dan perilaku terdapat hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari
aspek – aspek pembentuk perilaku manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur
dan sebaliknya.
Ada beberapa aspek dalam merancang bangunan:
1.
Aspek
Pemakai/Manusia
2.
Aspek
Sosial-Budaya
3.
Aspek
Ekonomi
4.
Aspek
Teknologi
5.
Aspek
Lingkungan
1.
Aspek
Pemakai/Manusia
Di dalam merancang suatu bangunan arsitek tidak hanya
mementingkan dari segi visual, tetapi harus mementingkan struktur juga fungsi
bangunan tersebut. Dengan cara mengetahui untuk apa dan siapa, bangunan itu di
buat, arsitek harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi. Dalam aspek ini
arsitek harus dapat merancang sebuah bangunan yang bermanfaat bagi para pemakai.
Arsitek juga mampu memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam
lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi
lingkungan yang sehat bagi manusia pemakainya.
Dalam aspek ini lebih di tuntut pada kebutuhan dari manusia.
Setiap orang berbeda-beda, dan kemauan setiap orang berbeda-beda, disinilah
peran seorang arsitek bekerja untuk memberi kepuasan bagi para pemakai, terutama
dimensi kenyamanan dan keamanan.
Sebagai
contoh pembangunan
gedung-gedung bertingakat yang tidak memperhatikan lahan parkir yang memadai.
Perbandingan antara pemakai gedung dengan lahan yang di sediakan tidak
sebanding.
Akibat
dari kurangnya lahan parkir dari gedung-gedung tersebut mengakibatkan kemacetan
jalan yang merugikan bnyak orang. Arsitek dalam arti ini harus dapat berfikir
dan memperhatikan seberapa kebutuhan pemakai gedung dan pemakai lahan parkir. Pemikiran
yang luas dan perkembangan pola pikir yang harus di terapkan
Dalam
hal perancangan arsitek juga harus dapat memberikan cermin atau gambaran dalam
bentuk visual, di lakukan agar manusia dapat menikmati hasil rancangan dan
memberikan kepuasan bagi para pemakai.
Misalnya seorang arsitek ingin merancang sebuah
bangunan/pusat perbelanjaan sepatu. Tentu seorang arsitek harus dapat merancang
sebuah bangunan yang dapat mencerminkan bahwa bangunan ini adalah pusat
perbelanjaan sepatu,
contoh :
Dengan demikian arsitek mampu memberikan kepuasan bagi
pemilik toko maupun bagi para konsumen agar dapat mendukung aktivitas mereka
secara visual. Dengan membuat bentuk bangunan menyerupai sepatu, para konsumen
tertarik dan sudah mengetahui bahwa banguna tersebut adalah toko sepatu. Oleh
karena itu, aspek perilaku dan pemakai merupakan faktor yang sangat penting
dalam perancangan arsitektur karena menyangkut dengan kebutuhan paling dasar dan
kebutuhan visual.
Sumber:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/314
http://arsitektur.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/about