Jumat, 12 Oktober 2012


Beberapa definisi arsitektur berasal dari sumber acuan, yaitu:
1.  Berdasarkan  kamus, kata arsitektur (architecture ), berarti seni dan ilmu membangun bangunan.  Menurut asal kata yang membentuknya, yaitu Archi  = kepala, dan techton = adalah karya kepala tukang. Arsitektur dapat pula diartikan tukang, maka architecture sebagai suatu pengungkapan hasrat ke dalam suatu media yang mengandung keindahan. 
2.  Berdasarkan anggaran dasar Ikatan Arsitektur Indonesia, arsitektur didefinisikan sebagai wujud  hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah ruang dan lingkungan  binaan, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia. 
3.  Berdasarkan wikipedia, arsitektur adalah aktivitas desain dan membangun sebuah gedung serta  struktur fisik lainnya, yang memiliki tujuan utama untuk menyediakan tempat berteduh bagi kepentingan sosial. Dalam definisi yang lebih luas, arsitektur  juga meliputi desain dari keseluruhan  lingkungan bangunan, dari level makro, yaitu bagaimana bangunan dapat bersatu dengan bentang di sekitarnya sampai dengan tingkat mikro dari arsitektur atau detil konstruksi, misal:  furnitur.
Di dalam merancang suatu bangunan arsitek tidak hanya mementingkan dari segi visual, tetapi harus mementingkan struktur juga fungsi bangunan tersebut. Dengan cara mengetahui untuk apa dan siapa, bangunan itu di buat, arsitek harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi.
Dalam level makro arsitek di tuntut mampu menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan perencanaan tata kota (town planning, hingga perencanaan transportasi, urban/rural planning ), landscape planning, urban design.

Sedangkan dalam skala mikro dimulai dari perencanaan interior ruangan hingga bangunan termasuk eksterior maupun taman.
  

Di dalam merancang suatu bangunan, seorang arsitek tentunya tidak mendasar pada imajinasinya sendiri. Hasil kreasi seorang arsitek membentuk suatu kesatuan yang harmonis dalam berbagai dimensi, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan. Ketika merancang, seorang arsitek diandaikan membuat asumsi – asumsi tentang kebutuhan manusia, memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia pemakainya.
Berdasarkan hal itulah dapat disimpulkan bahwa antara arsitektur dan perilaku terdapat hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari aspek – aspek pembentuk perilaku manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya.

Ada beberapa aspek dalam merancang bangunan:
1.      Aspek Pemakai/Manusia
2.      Aspek Sosial-Budaya
3.      Aspek Ekonomi
4.      Aspek Teknologi
5.      Aspek Lingkungan

1.      Aspek Pemakai/Manusia
Di dalam merancang suatu bangunan arsitek tidak hanya mementingkan dari segi visual, tetapi harus mementingkan struktur juga fungsi bangunan tersebut. Dengan cara mengetahui untuk apa dan siapa, bangunan itu di buat, arsitek harus mampu beradaptasi dengan berbagai situasi. Dalam aspek ini arsitek harus dapat merancang sebuah bangunan yang bermanfaat bagi para pemakai. Arsitek juga mampu memperkirakan bagaimana manusia berperilaku, bergerak dalam lingkungannya, lalu memutuskan bagaimana bangunan tersebut dapat menjadi lingkungan yang sehat bagi manusia pemakainya.
Dalam aspek ini lebih di tuntut pada kebutuhan dari manusia. Setiap orang berbeda-beda, dan kemauan setiap orang berbeda-beda, disinilah peran seorang arsitek bekerja untuk memberi kepuasan bagi para pemakai, terutama dimensi kenyamanan dan keamanan.
Sebagai contoh pembangunan gedung-gedung bertingakat yang tidak memperhatikan lahan parkir yang memadai. Perbandingan antara pemakai gedung dengan lahan yang di sediakan tidak sebanding.

Akibat dari kurangnya lahan parkir dari gedung-gedung tersebut mengakibatkan kemacetan jalan yang merugikan bnyak orang. Arsitek dalam arti ini harus dapat berfikir dan memperhatikan seberapa kebutuhan pemakai gedung dan pemakai lahan parkir. Pemikiran yang luas dan perkembangan pola pikir yang harus di terapkan

Dalam hal perancangan arsitek juga harus dapat memberikan cermin atau gambaran dalam bentuk visual, di lakukan agar manusia dapat menikmati hasil rancangan dan memberikan kepuasan bagi para pemakai.
Misalnya seorang arsitek ingin merancang sebuah bangunan/pusat perbelanjaan sepatu. Tentu seorang arsitek harus dapat merancang sebuah bangunan yang dapat mencerminkan bahwa bangunan ini adalah pusat perbelanjaan sepatu,
contoh :
Dengan demikian arsitek mampu memberikan kepuasan bagi pemilik toko maupun bagi para konsumen agar dapat mendukung aktivitas mereka secara visual. Dengan membuat bentuk bangunan menyerupai sepatu, para konsumen tertarik dan sudah mengetahui bahwa banguna tersebut adalah toko sepatu. Oleh karena itu, aspek perilaku dan pemakai merupakan faktor yang sangat penting dalam perancangan arsitektur karena menyangkut dengan kebutuhan paling dasar dan kebutuhan visual.



Sumber:
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jmm/article/view/314
http://arsitektur.indonesiakreatif.net/index.php/id/page/read/about